Melalui ribuan haditsnya, Nabi Muhammad SAW telah mengabadikan wasiat tentang nilai-nilai kebajikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya dan juga bagi seluruh manusia. Salah satunya adalah wasiat yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar al-Ghifari ra. Dari Abu Dzar ra., ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal, (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar menyambung silaturahimku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan la haula wala quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia.” [Hadits ini diriwayatkan oleh imam-imam ahli hadits, di antaranya Imam Ahmad, Imam ath-Thabrani, Imam Ibnu Hibban, Imam Abu Nu’aim dan Imam al-Baihaqi] |
Senin, 05 Desember 2011
Tujuh Wasiat Rasulullah SAW Kepada Umatnya
Minggu, 04 Desember 2011
Jumat, 02 Desember 2011
Pesan Nabi Untuk Menggapai Kebahagiaan Hidup
Suatu ketika ada sahabat Rosulullah SAW yang bernama Abu Dzar Al-ghifary bertanya kepada Rosulullah Saw tentang bagaimana mencapai kebahagiaan. Lalu Rosulullah bersabda kepada Abu Dzar:
Wahai sahabatku kalau kamu ingin mencapai kebahagiaan hidup maka kerjakan hal sebagai berikut:“Perbaharui kapalmu karena samudera yang akan kau arungi sangat begitu dalam dan luas. Siapkan bekalmu karena perjalanan yang akan kau lalui sangat begitu jauh. Turunkan bebanmu karena bukit yang akan kau daki sangat begitu tinggi dan sulit untuk didaki. Ikhlaskan pekerjaanmu karena hakimnya nanti adalah Yang Maha melihat”
Kamis, 01 Desember 2011
3 Penyesalan manusia
Dalam beberapa ayat, al-Quran menginformasikan peristiwa masa depan yang akan dialami sekelompok manusia di akhirat kelak. Berupa ‘penyesalan’ atas rekam jejak hidupnya yang jauh dari nilai Islam selama di dunia. Ungkapan penyesalan ini diabadikan dengan ungkapan “Ya Laitani”. Penyesalan yang hanya terucap, namun tidak bisa terwujud. Karena waktu sudah terlambat.
Langganan:
Postingan (Atom)